Pria yang kerap disapa Putra, warga kecamatan Gandapura kini hidupnya nyaris terlunta lunta, padahal semasa konflik Aceh dia termasuk salah satu orang yang sangat berani,berhasil merampas satu pucuk senjata M16 di tangan aparat, tapi sayangnya kehidupannya sekarang di abaikan.
Putra, kepada awak media menuturkan dengan keadaannya sekarang ini, tidak ada satupun kawan dimasa perjuangan yang sebagian sudah berhasil menikmati hasil perdamaian perduli akan nasib hidupnya, ia menumpang hidup di gubuk salah satu warga.
"Mungkin ini sudah nasib yang harus diterima,apalagi tradisi hari Meugang yang dulunya bisa saya rasakan dengan kawan perjuangan,"kata Putra.
Setelah perdamaian GAM dan RI, semua tinggal kenangan, ibarat waktu tidak mungkin bisa di putar kembali.
Terkadang ia berpikir, kalau korban konflik ia sudah merasakan, apakah kami hanya di jadikan korban politik saja selama ini ?, karena sepertinya yang menikmati hanya orang orang tertentu saja, sementara kami makin susah dan makin ke bawah dan sulit untuk maju.
"Dengan keadaan yang sekarang ini, untung masih ada beberapa warga yang menolong dalam menjalani kehidupan sehari hari,"tuturnya.
Sekarang ini dia sangat mengharapkan kepada pemerintah pusat , pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten untuk serius memikirkan dan peduli terhadap rakyat Aceh dan eks Kombatan.(AS/*)