Peunawa.com l Di tengah hiruk-pikuk perkembangan ekonomi modern, Kabupaten Bireuen menyimpan kekuatan sosial yang luar biasa: semangat kebersamaan, budaya amanah dan gairah religius yang kuat. Namun ironisnya, nilai-nilai luhur ini belum sepenuhnya diterjemahkan dalam sistem ekonomi yang berdaya saing.
Koperasi , yang seharusnya menjadi wadah ekonomi umat, masih sering tertinggal di belakang toko ritel modern dan pelaku usaha pribadi.
Selama proses pelatihan dan penelusuran lapangan di berbagai gampong di Bireuen, saya menemukan bahwa sebagian besar koperasi belum mengoptimalkan potensi pasarnya.
Padahal Bireuen bukan daerah kecil: di sini terdapat 191 dayah aktif terakreditasi, 47 ribu santri dan lebih dari 5 ribu guru yang mondok di dayah. Mereka semua adalah konsumen yang loyal, hidup dalam sistem sosial religius, dan memiliki kebutuhan ekonomi yang berulang setiap hari.
Ekonomi Berbasis Amanah dan Keberkahan
Dalam perspektif Syariat Islam, perdagangan bukan sekadar pertukaran barang, melainkan ibadah yang menuntut kejujuran, keadilan dan niat baik. Rasulullah SAW bersabda:
“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, shiddiqin, dan syuhada.” (HR. Tirmidzi). Nilai inilah yang sebenarnya sudah hidup di masyarakat Bireuen, budaya kepercayaan (trust-based community).
Selama ini masih banyak koperasi gampong yang masih mencatat hutang pembeli di buku kecil, dengan keyakinan bahwa “Insya Allah, akan dibayar.” Namun nilai amanah itu perlu diimbangi dengan manajemen modern agar keberkahan ekonomi tidak hanya terasa di hati, tapi juga terukur dalam laporan keuangan koperasi.
Pasar Dayah: Ladang Ekonomi yang Terlupakan
Potensi pasar dari jaringan dayah di Bireuen sangat besar. Bayangkan, 47 ribu santri membutuhkan kebutuhan harian: makanan, perlengkapan ibadah, pakaian, peci, buku, kitab hingga alat kebersihan. Ditambah 5 ribu guru dayah yang juga memiliki kebutuhan rumah tangga dan finansial rutin.
Koperasi Merah Putih seharusnya mulai melirik segmen ini. Bayangkan jika 52 ribu santri/guru tinggal di Dayah saat ini menghabiskan kebutuhan minimal Rp.1.000.000 per-bulan untuk satu orang, maka ada sekitar Rp.52 Milyar bahkan lebih uang berputar di Dayah.
Jika setiap koperasi gampong menjalin kerja sama dengan satu atau dua dayah di sekitarnya, misalnya dengan menyediakan produk kebutuhan santri, koperasi pembiayaan alat belajar, atau layanan logistik sembako, daging, ikan dan makanan lainnya maka perputaran ekonomi yang terjadi bisa luar biasa. Ini bukan hanya strategi bisnis, tetapi wujud nyata ekonomi syariah yang maslahah bagi umat.
Peluang dalam Program “Makan Bergizi Gratis”
Selain itu, kebijakan nasional “Makan Bergizi Gratis” yang kini digalakkan oleh Pemerintah Presiden Prabowo Subianto membuka peluang baru bagi koperasi lokal di Bireuen. Koperasi Merah Putih dapat berperan sebagai penyedia bahan pangan lokal, pengolah katering gampong, hingga mitra logistik distribusi makanan bergizi untuk sekolah dan dayah.
Dengan melibatkan petani, pedagang kecil dan unit usaha anggota, program ini bisa menjadi rantai ekonomi yang berpihak pada masyarakat bawah, sekaligus memastikan gizi santri dan pelajar terpenuhi secara halal, sehat, dan berkah. Koperasi bukan hanya ikut berbisnis, tetapi ikut menyukseskan misi kemanusiaan nasional.
Strategi Islami dalam Pemasaran Koperasi
Dari hasil investigasi dan pelatihan selama ini, lima pilar pemasaran koperasi di Bireuen bisa diterapkan dengan pendekatan syariat: 1.) Produk Halal dan Thayyib; setiap produk harus halal dan bermanfaat. 2.) Harga Adil (Al-‘Adl); menyeimbangkan kepentingan anggota dan koperasi. 3.) Distribusi Mudah dan Efisien (Taisir); memberi kemudahan transaksi tanpa riba. 4.)!Promosi Jujur (Sidq); tidak menipu dan mendidik konsumen. 5.) Kepercayaan dan Amanah (Amanah); transparansi laporan dan pelayanan adil.
Potensi koperasi akan semakin kuat jika bersinergi dengan dayah, BUMG dan lembaga zakat lokal. Misalnya, koperasi dapat menjadi mitra penyedia kebutuhan harian untuk asrama santri atau mengelola program wakaf produktif yang hasilnya kembali ke pendidikan Islam. Dengan cara ini, koperasi bukan hanya lembaga ekonomi, tetapi juga penggerak peradaban ekonomi umat.
Langkah Menuju Keberlanjutan
Model koperasi berkelanjutan di Bireuen dapat dimulai dari langkah sederhana, misalnya Audit kebutuhan dayah dan warga gampong. Lakukan pemetaan produk halal unggulan lokal. Buat digitalisasi pemesanan berbasis WhatsApp Group santri dan wali. Susun program loyalitas anggota dengan nilai sosial, bukan hanya diskon. Semua strategi ini bisa dijalankan tanpa meninggalkan nilai syariat: jujur, adil, dan penuh berkah.
Koperasi Merah Putih tidak lahir dari keinginan mengejar laba semata, melainkan dari cita-cita memperkuat ekonomi masyarakat berlandaskan iman dan amanah. Ketika koperasi melayani dengan niat ibadah, menjual produk halal, menjaga harga adil dan memutar keuntungan kembali ke masyarakat, maka setiap rupiah yang berputar di koperasi menjadi sedekah berantai bagi kemaslahatan gampong.
Dengan kolaborasi antara pengurus koperasi, guru dayah, santri dan masyarakat, Bireuen dapat menjadi teladan nasional, daerah yang membangun ekonomi berbasis nilai Islam, bukan sekadar bertahan, tapi tumbuh dengan berkah dan keberlanjutan.
*Penulis: Anwar, S.Ag, M.A.P adalah Kepala Dinas Pendidikan Dayah dan Narasumber Pelatihan SDM Koperasi Merah Putih di Kabupaten Bireuen.