PII Aceh: Bos! Jangan Alergi sama Kritikan dan Demo

Adsense

Peunawa

Iklan Berjalan

Iklan Slide

PII Aceh: Bos! Jangan Alergi sama Kritikan dan Demo

11/04/2022

BANDA ACEH - Tenaga Ahli Disdik Aceh Fauzan Febriansyah menyebutkan demo pelajar pada Rabu (2/11/2022) yang di lakukan di halaman Kantor Disdik Aceh oleh Korlap PII Aceh adalah salah alamat. Menanggapi hal tersebut PW PII Aceh tidak ambil pusing. Korlap aksi pelajar, Septa Andrean mengatakan pemberitaan yang dimuat AJNN menyimpang dari substansi dan fakta kejadian di lapangan. 

"Kami melakukan aksi pada Rabu (2/11/2022) kemarin itu dalam rangka menyampaikan pendapat kami dan tentu kami beridtikad baik. Kami minta Alhudri untuk sadar diri, kemarin kami tidak hanya menuntut Alhudri untuk mundur, namun kami justru membawa solusi atas permasalahan-permasalah yang terjadi selama ini di institusi itu. Kami paham dan mengerti dengan baik soal teori kekuasaan, Alhudri tidak ingin meninggalkan “kursi empuknya”, bahwa selain ia harus mundur, kami juga dapat menilai sosok kadis saat ini di disdik Aceh tidak punya kopetensi karena telah gagal menjaga mutu pendidikan di Aceh, jadi aksi demonstrasi kami tidak sama sekali salah alamat,"  ujar Septa. 

Septa menambahkan terkait hasil diskusi dengan tenaga Ahli Dinas Pendidikan Aceh di Sekret Pw PII pascaaksi, PII Aceh tetap menyatakan sikap untuk melanjutkan aksi demi kemaslahatan pendidikan di Aceh. 

"Aksi itu tetap akan kami lanjutkan, walaupun menurut informasi disampaikan Fauzan selaku tenaga Ahli, Alhudri tidak akan menemui massa aksi dengan berbagai alasan diantaranya sakit hati, Bos! kok bisa sakit hati sama anak bangsa sendiri yang hanya melakukan demo dan kritik?," timpal Septa lagi.

Menurut Septa, sangat konyol sekali jika seorang Kepala Dinas merasa alergi terhadap kritik. Kritik itu tambah Septa lagi, adalah salah satu resiko jabatan yang diemban hari ini dan Kepaa Dinas itu adalah tokoh publik. 

"Bos! kenapa harus alergi dengan kritikan dan aksi demo? ada apa sebenarnya?," tanya Septa. 

Septa kemudian melanjutkan, menurutnya seorang tokoh publik harus mampu menerima kritik apalagi sampai didemo. 

"Jika tidak mau dikritik ya jangan jadi tokoh publik," tambah Septa tegas.

Perihal penyataan Fauzan Febriansyah yang diberitakan di beberapa media soal prestasi yang diraih oleh Dinas Pendidikan, justru membuat Septa Andrean heran dan tidak habis pikir.

"Tidak habis pikir saya dengan pernyataan yang dilontarkan Fauzan Febriansyah, kayak dia bukan aktivis saja dulunya. Masak prestasi secuil itu dipamer-pamerkan di media dan ke kami, padahal masih banyak lagi pengelolaan yang masih belum terlaksana dengan baik," kritik Septa. 

Pascaaksi demonstrasi PII Aceh, banyak penyataan-pernyataan yang muncul di media dalam rangka membela Alhudri.

"Saya menduga mereka memelihara buzzer untuk segera beraksi jika ada hal-hal yang dinilai menyudutkan fakta-fakta kinerja buruk si Kadis. Inikan terlihat jelas seperti orang yang sedang ketakutan. Dan saya dan kawan-kawan PII juga menduga ada hal yang benar-benar ingin ditutupi dan tidak ingin diketahui publik. Bahkan, ada pemberitaan yang sering didengungkan seakan-akan banyak orang yang iri dan dengki terhadap prestasi Alhudri. Terlihat sekali secara psikologi pembelaan-pembelan yang dibangun oleh oknum-oknum media yang sedang dipelihara Alhundri untuk menjaga kekuasaannya. Alhudri memilih menghidar dan tidak mampu menyelesaikan masalah. Coba lihat Pak Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki saat didatangi pada aksi demo waktu itu, beliau langsung muncul di tengah-tengah aksi demo, duduk berbaur bersama para pengunjuk rasa untuk segera mendengarkan kritik dan masukan yang dibawa oleh pengunjuk rasa. Namun, Alhudri justru menghindar dan itu berarti Alhundri tidak punya idtikad baik membahas kemajuan pendidikan Aceh dengan kami," tutup Septa Andrean.(Rilis)