PEMA UTU Nyatakan Sikap "Kami Bersama BEM UI Melawan Ketidakadilan"

Adsense

Peunawa

Iklan Berjalan

Iklan Slide

PEMA UTU Nyatakan Sikap "Kami Bersama BEM UI Melawan Ketidakadilan"

6/30/2021

Peunawa.com
JAKARTA – Dua hari yang lalu Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai the king of lip service dihalaman media instragam BEM UI.

Pernyataan tersebut direspon oleh banyak kalangan baik itu dari unsur Pemerintah, Kampus dan berbagai macam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Indonesia.

Akibat unggahannya, pantauan media Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia mengkritik Presiden Jokowi, kini dipanggil untuk menhadap pihak rektorat kampus setempat. Beredarnya surat undangan yang ditujukan kepada beberapa mahasiswa diteken oleh Direktur Kemahasiswaan UI, Dr Tito Latif.

Mengonfirmasi kebenaran surat undangan tersebut, Kepala Humas dan KIP UI, Amelita Lusia ia membenarkan pihak BEM UI diundang oleh rektorat usai mengkritik Jokowi lewat julukan 'King of Lip Service'.

Terkait hal yang dipandang serius oleh beberapa kalangan yang ada direpublik ini, BEM Universitas Teuku Umar Negeri Meulaboh melihat subtansi yang dibangun oleh kawan kawan mahasiswa U hari ini mereka bentuk kritikan terhadap pemimpin yang saat ini dinilai belum menuntaskan semua janjinya artinya Jokowi kerap mengobral janji manis. Namun, menurutnya, janji Jokowi seringkali tak selaras dengan kenyataan.

Presiden Mahasiswa UTU Syafyuzal Helmi yang merupakan kampus ujung barat Indonesia berpandangan lahirnya kalimat the king of the lip service akibat Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras. Mulai dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan rentetan janji lainnya," ungkapnya.

Menurut Helmi, istilah “The King of Lip Service”  bagi pendukung Jokowi dinilai berlebihan. Karena memang realitasnya tak seperti itu. Sekali lagi publik tak melihat substansi tapi istilah yang menohok semata.

Pesan kami kepada kawan-kawan di Univeritas Indonesia, terus suarakan atas ketidakadilan pejabat dinegeri ini. Karena, sejatinya kita sebagai seoang mahasiswa memang harus memberikan kritikan dan masukan terhadap siapapun yang mencoba mengabaikan janji yang sudah diucapkan itu. “kami bersama kawan-kawan dan semangat juang demi Indonesia adil dan makmur harus kita lantangkan melalui mimbar-mimbar kita, Tegas Helmi.

Wal bil khusus kepada pemerintah jangan terlalu lebay menanggapi hal ini, karena kita dalam berorganisasi diajarkan untuk bagaimana berbicara sesuai fakta dan menggenggam erat kebenaran walau itu pahit sekalipun. “Jangan hambat mimbar mahasiswa, karena kepentingan”. Tutupnya singkat.
Peunawa.com
JAKARTA – Dua hari yang lalu Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai the king of lip service dihalaman media instragam BEM UI.

Pernyataan tersebut direspon oleh banyak kalangan baik itu dari unsur Pemerintah, Kampus dan berbagai macam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Indonesia.

Akibat unggahannya, pantauan media Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia mengkritik Presiden Jokowi, kini dipanggil untuk menhadap pihak rektorat kampus setempat. Beredarnya surat undangan yang ditujukan kepada beberapa mahasiswa diteken oleh Direktur Kemahasiswaan UI, Dr Tito Latif.

Mengonfirmasi kebenaran surat undangan tersebut, Kepala Humas dan KIP UI, Amelita Lusia ia membenarkan pihak BEM UI diundang oleh rektorat usai mengkritik Jokowi lewat julukan 'King of Lip Service'.

Terkait hal yang dipandang serius oleh beberapa kalangan yang ada direpublik ini, BEM Universitas Teuku Umar Negeri Meulaboh melihat subtansi yang dibangun oleh kawan kawan mahasiswa U hari ini mereka bentuk kritikan terhadap pemimpin yang saat ini dinilai belum menuntaskan semua janjinya artinya Jokowi kerap mengobral janji manis. Namun, menurutnya, janji Jokowi seringkali tak selaras dengan kenyataan.

Presiden Mahasiswa UTU Syafyuzal Helmi yang merupakan kampus ujung barat Indonesia berpandangan lahirnya kalimat the king of the lip service akibat Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras. Mulai dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan rentetan janji lainnya," ungkapnya.

Menurut Helmi, istilah “The King of Lip Service”  bagi pendukung Jokowi dinilai berlebihan. Karena memang realitasnya tak seperti itu. Sekali lagi publik tak melihat substansi tapi istilah yang menohok semata.

Pesan kami kepada kawan-kawan di Univeritas Indonesia, terus suarakan atas ketidakadilan pejabat dinegeri ini. Karena, sejatinya kita sebagai seoang mahasiswa memang harus memberikan kritikan dan masukan terhadap siapapun yang mencoba mengabaikan janji yang sudah diucapkan itu. “kami bersama kawan-kawan dan semangat juang demi Indonesia adil dan makmur harus kita lantangkan melalui mimbar-mimbar kita, Tegas Helmi.

Wal bil khusus kepada pemerintah jangan terlalu lebay menanggapi hal ini, karena kita dalam berorganisasi diajarkan untuk bagaimana berbicara sesuai fakta dan menggenggam erat kebenaran walau itu pahit sekalipun. “Jangan hambat mimbar mahasiswa, karena kepentingan”. Tutupnya singkat.