Menyuluh Dengan Kelembutan Adalah Sebuah Keharusan

Adsense

Peunawa

Iklan Berjalan

Iklan Slide

Menyuluh Dengan Kelembutan Adalah Sebuah Keharusan

7/18/2023


Oleh : Murhaban, SH (Penyuluh Agama Islam Non PNS KUA Lhoksukon)

Opini, peunawa.com- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata menyuluh adalah menerangi. Inilah yang menjadi bagian dari salah satu tugas Penyuluh Agama Islam. 

Sesuai regulasi bahwa tugas penyuluh adalah melakukan bimbingan dan melakukan penyuluhan agama dan pembangunan di tengah - tengah masyarakat melalui bahasa agama.

Dengan kata lain, Penyuluh merupakan penyambung lidah pemerintah dalam menyampaikan pesan – pesan agama maupun pembangunan melalui bahasa agama. 

Selaku garda terdepan Kementerian Agama, sebagai seorang penyuluh harus benar-benar menjadi teladan dan panutan di masyarakat, mengingat tugas penyuluh sebagai pemberi ilmu dan pencerah masyarakat serta membina akhlaq mereka.

Penyuluh Agama Islam Non PNS ini menjadi garda terdepan dalam rangka membantu KUA dan Kementerian Agama dalam membina masyarakat, serta senantiasa menjunjung tinggi citra Kementerian Agama. 

Penyuluh merupakan ujung tombak Kementerian Agama dalam pelaksanaan tugas membimbing umat dan mengembangkan visi dan misi Kementerian Agama yaitu terwujudnya masyarakat indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, sejahtera lahir batin.

Oleh karena demikian, dalam menyuluh atau menyampaikan dakwah agama perlu dengan kelembutan serta pendekatan agar dakwah itu lebih mudah diterima, begitu pula dalam nahi munkar tentu ada adab yang harus dipenuhi terlebih dahulu dan fase-fase yang harus dilewati.

Tentunya, dengan kelembutan menjadi metode dakwah yang sangat penting untuk diterapkan oleh sosok seorang Penyuluh Agama Islam. Berdakwah dengan kelembutan, membumikan Islam dengan lembut, dengan cara yang sama sekali tidak menimbulkan goncangan dalam masyarakat. 

Ini adalah sebuah fakta menarik di Indonesia, bahwa penyebaran Islam di Tanah air mencapai kesuksesan luar biasa hingga mampu membumikan ajaran Islam dari Sabang sampai Merauke. Bahkan, Kelembutan dalam berdakwah adalah metode yang dipraktikkan oleh Rasulullah SAW. 

Kelembutan dalam berdakwah amat diperlukan dikarenakan tabiat manusia tidak ada yang pernah senang dan menginginkan kekerasan. Maka itu, hendaknya seseorang mendakwahi saudaranya dengan penuh kelemahlembutan sebagaimana dirinya senang diperlakukan dengan lembut.

Misalnya, tidak mentang – mentang melihat orang mabuk langsung main hajar saja, sebab bernahi nunkar itu ada yang kewajiban aparat pemerintah, ada yang wajib secara person.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits, “Sesungguhnya lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan memperkeruhnya.” (HR. Abu Dawud, sanad: shahih).

Hadits ini menjelaskan bahwa kelembutan akan menjadi penghias bagi sesuatu, sedangkan hilangnya kelembutan membuat suatu perkara menjadi tidak lagi indah. Di antara perkara yang membutuhkan kelembuatan adalah dakwah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah contoh terbaik dalam berdakwah, beliaulah manusia yang memiliki kelembutan kepada setiap orang yang didakwahinya.

Islam ibarat mutiara dan kelembutan adalah bak bungkusnya. Ketika bungkusnya tak lagi indah dan kotor, maka jangan pernah berharap manusia mau membukanya. Membuka saja tidak, apalagi menerima mutiara yang ada di dalamnya. 

Seseorang ketika berdakwah hendaknya memperhatikan akhlak yang mulia ini, janganlah ia sampai gegabah dan bertindak kasar dalam dakwahnya. Karena bertindak kasar dalam berdakwah, sama sekali tidak pernah dilakukan Nabi. Allah ta’ala telah menjelaskan metode dasar dakwah yang salah satu diantaranya adalah dengan hikmah.

Senada dengan penjelasan diatas, Allah ta’ala berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl : 125).

Banyak hal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat menjadi contoh bagaimana lembutnya beliau dalam berdakwah. Di antaranya adalah kisah seorang Arab Badui, yang datang dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Bahwa Abu Hurairah berkata, “Seorang ‘Arab badui berdiri dan kencing di masjid, lalu orang-orang ingin mengusirnya. 

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda kepada mereka, “Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba air, atau dengan se-ember air, sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk membuat kesulitan” (HR. Bukhari dan Muslim).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap membiarkan Arab Badui tersebut menyelesaikan hajatnya, kemudian barulah beliau menyuruh para sahabat radhiyallahu ‘anhum untuk membersihkan bekas air kencingnya. 

Kelembutan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini bukan tanpa alasan, jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membiarkan orang-orang mengusirnya maka bisa jadi air kencing akan lebih banyak menyebar di lantai masjid dan Nabi memberikan uzur kepada Arab Badui tadi dikarenakan ketidaktahuannya. Selain itu, agama ini datang dengan berbagai kemudahan bukan kesulitan.

Contoh lain dari sikap lembutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdakwah adalah menempatkan manusia sesuai kedudukannya. Sebuah kisah tentang Rasulullah shallallahi ‘alaihi wa sallam yang setiap hari menyuapi makan seorang pengemis yahudi yang selalu memaki dan menghina beliau. Rasulullah menyuapi makan si pengemis yahudi tersebut dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, beliau melakukannya sampai tiba wafatnya.

Dua contoh di atas telah menjadi bukti bahwa kesuksesan dakwah dapat diperoleh dengan kelemah lembutan kepada objek dakwah. Kelembutan tidak akan menimbulkan permusuhan antara yang mendakwahkan dan yang didakwahkan. 

Tak diragukan lagi bahwa kelembutan menjadikan dakwah Islam lebih mudah diterima. Ketika kelembutan telah menghiasi dakwah, maka dakwah Islam akan memberikan pengaruh pada hati-hati kaum muslimin dan menghasilkan perubahan yang besar di masyarakat. Kelembutan tampak begitu remeh, namun pengaruhnya begitu besar.

Oleh karena demikian, jadilah laksana seperti lilin yang menerangi kegelapan, karena selemah apa pun cahaya, akan menerangi kegelapan, sedikit apa pun harapan akan menerangi kehidupan." []