Peunawa.com l Bireuen — Di tengah persepsi umum yang sering membedakan antara pesantren modern dan salafiah, Pesantren Ummulqura justru menunjukkan langkah berbeda, Melalui program beasiswa tahfiz kitab kuning dan hadits yang disalurkan oleh Dinas Pendidikan Dayah Kabupaten Bireuen, Ummulqura berhasil menempatkan diri sebagai salah satu penerima terbanyak, dengan 13 santri terpilih yang dinilai layak menerima penghargaan tersebut.
Capaian ini menjadi sinyal bahwa modernitas dan tradisi keilmuan klasik tidak harus berjalan berlawanan. Ummulqura membuktikan, santri dengan sistem pendidikan modern pun mampu menorehkan prestasi di bidang kitab turats dan hadis yang selama ini dikenal sebagai ciri khas dayah-dayah salafiah.
Tiga belas santri yang membawa harum nama Ummulqura tersebut adalah: Asiyah Inayatul Zakiya, Aqila Zahra, Najla Ulya, Amira Shabrina, Jihan Syakira, Rizka Safira, Raisya Amelia, Zalfa Kamila, Sakha Mazaya, Zulfikram Ramadhan, Syarifah Aulia Safira, Najiyya Raziqa Naiza, dan Rayya Rinza. Mereka merupakan santri yang dikenal tekun, disiplin, dan berkomitmen tinggi dalam menjaga hafalan serta penguasaan kitab.
Direktur Ummulqura; “Kami Tidak Ingin Sekadar Dikenal Modern, Tapi Dikenal berhasil”
Direktur pesantren Ummulqura’, waled. Qamar Syafawi, menuturkan bahwa capaian ini bukan semata keberuntungan, melainkan hasil dari proses panjang pembinaan dan kesungguhan seluruh civitas pesantren.
“Selama ini banyak yang memandang pesantren modern hanya kuat di bahasa asing dan manajemen. Tapi Ummulqura ingin membuktikan bahwa modernitas tidak menghapus akar tradisi. Kami ingin dikenal bukan hanya modern, tapi juga mampu dalam kitab kuning dan hadis,” ujarnya penuh semangat.
Beliau juga menambahkan bahwa keberhasilan ini merupakan pijakan awal untuk terus mengangkat marwah Ummulqura di kancah pendidikan Islam Aceh dan nasional.
“InsyaAllah, nama Ummulqura’ harus terus dijaga. Kami ingin menjadi contoh bahwa santri modern pun bisa menjadi penjaga ilmu klasik dan pembawa cahaya Qurani bagi masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu, Abiya Prof. Dr. Saifullah, S.Ag., M.Pd., selaku Pimpinan Yayasan Ummulqura Antarabangsa, menyampaikan bahwa capaian ini tidak terlepas dari arah pendidikan yang telah lama menjadi ciri khas pesantren Ummul qura, yakni Trilogis Pendidikan Ummulqura: Bahasa arab dan inggris, Kitab Kuning, dan Tahfizul Qur’an.
“Trilogis ini bukan sekadar slogan, tetapi sistem nilai yang kami jaga. Bahasa membentuk kecerdasan global, kitab kuning meneguhkan dasar keilmuan Islam, dan tahfiz menanamkan kekuatan spiritual. Tiga-tiganya harus tumbuh bersama agar santri Ummulqura menjadi generasi Qurani yang tangguh,” jelas beliau.
Abiya Prof. Saifullah menegaskan bahwa keberhasilan santri Ummulqura’ menerima beasiswa kitab kuning dan hadis adalah bukti nyata dari trilogi tersebut.
“Kami ingin menunjukkan bahwa pesantren modern bukanlah lawan dari pesantren salafiah. Justru kami berupaya menjadi jembatan yang memadukan kekuatan dua dunia — tradisi yang mengakar dan inovasi yang mencerahkan,” tuturnya.
Capaian ini menjadi pengingat bahwa esensi pesantren bukan hanya pada bentuk dan sistemnya, melainkan pada ruh keilmuan dan keikhlasan dalam menuntut ilmu. Ummulqura dengan langkahnya yang tenang, terus menegaskan jati diri sebagai pesantren yang memadukan intelektualitas, spiritualitas, dan tradisi ilmiah dalam satu napas yang sama.
Ummul Qura’ — Dari Tradisi Lahir Inovasi, Dari Ilmu Tumbuh Peradaban.