Ledakan Peredaran Narkoba Sintetis di Asia Pasca Pandemi

Adsense

Peunawa

Iklan Berjalan

Iklan Slide

Ledakan Peredaran Narkoba Sintetis di Asia Pasca Pandemi

6/03/2023

Gambar Ilustrasi 

peunawa.com
| Peredaran narkoba sintetis di Asia telah mencapai level ekstrem, demikian laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dirilis oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) pada Jumat (2/6). Riset tersebut mengungkap bahwa kartel narkoba telah membuka rute baru untuk memperluas peredaran sabu di kawasan Asia sejak pembatasan akibat pandemi COVID-19 mulai dilonggarkan.

Menurut laporan UNODC, penyitaan barang bukti sabu di Asia Timur dan Tenggara mencapai rekor tertinggi selama pandemi. Jeremy Douglas, Perwakilan Regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik, mengatakan bahwa ketika pembatasan perbatasan mulai dicabut, organisasi kriminal internasional kembali terhubung dan aktivitas mereka mengikuti pola yang hampir sama dengan tahun 2019.

Penelitian UNODC juga menunjukkan bahwa jaringan kartel narkoba di Asia menghasilkan miliaran dolar melalui jaringan peredaran narkotika global. Sebagian besar produksi sabu di Asia selama bertahun-tahun dilakukan di wilayah pedalaman hutan yang dikenal sebagai Segitiga Emas, terletak di perbatasan Thailand, Laos, dan Myanmar. Kawasan ini telah lama menjadi pusat narkotika di seluruh dunia.

Laporan UNODC juga mengungkapkan bahwa sabu-sabu dan obat-obatan sintetis lainnya dipasok dari Myanmar ke berbagai negara, termasuk Jepang, Selandia Baru, dan Australia. Kawasan Asia Selatan juga terlibat dalam peredaran narkotika, dengan sabu yang diangkut dalam jumlah besar dari Myanmar ke Bangladesh dan timur laut India.

Selain sabu, produksi dan perdagangan ketamin juga meningkat pesat di Asia. Terjadi peningkatan sitaan barang bukti ketamin sebesar 167 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan total sitaan mencapai 27,4 ton di seluruh kawasan. Hampir semua negara dan teritori di Asia melaporkan peningkatan penyitaan, kecuali Jepang dan Hong Kong.

Riset UNODC juga mengungkapkan bahwa situasi ketamin di kawasan ini mencerminkan pendekatan berbasis pasokan yang digunakan untuk memperluas pasar metamfetamin pada pertengahan 2010-an. Namun, informasi tentang penggunaan ketamin masih terbatas, dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami sejauh mana penyebarannya.

Selain itu, Kamboja muncul sebagai lokasi utama produksi ketamin, seperti yang diungkapkan oleh laporan pihak berwenang setelah penyisiran laboratorium dan gudang ilegal di beberapa wilayah Kamboja. Pihak berwenang Kamboja melaporkan penyitaan sebanyak 518 ton bahan kimia pada 2022, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 5 ton yang disita pada 2020 atau awal pandemi. Bahan kimia dan peralatan yang ditemukan di laboratorium berasal dari setidaknya 12 negara dan provinsi yang berbeda, termasuk Prancis, Polandia, Vietnam, India, Indonesia, dan Korea Selatan.

Sumber : CNN Indonesia
Penulis : Ismed